10 Prinsip Dasar dalam Mengajar


Salam Inspirasi Pendidikan!

Tentu, teman-teman pendidik sudah mengetahui bahwa mengajar adalah suatu seni. Seni yang semua pendidik pun juga butuh untuk terus belajar. Ya, belajar untuk mengajar. Sebagai pendidik, kita perlu sekali untuk meningkatkan kapasitas cara mengajar dan juga belajar berbagai teknik-teknik mengajar yang baru, agar kita mampu membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Kuncinya adalah teman-teman pendidik perlu mengetahui beberapa prinsip dasar dalam mengajar.

Seorang pendidik yang sudah menghayati bahwa mengajar adalah suatu seni, tentu dapat merasakan bahwa mengajar di mana saja adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahannya. Selain itu, pendidik tersebut juga dapat mempengaruhi siswa melalui kepribadiannya sendiri. Oleh karena itu, teman-teman pendidik yang ingin siswa-siswanya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktik mengajar, sehingga kita dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar.

Berikut ini, ada 10 prinsip dasar dalam mengajar yang perlu teman-teman pendidik ketahui:


1. Menguasai Isi Pembelajaran/ Pengajaran

Berdasarkan hukum yang pertama dalam teori “Tujuh Hukum Mengajar” dari John Milton Gregory berbunyi: “Guru harus mengetahui apa yang diajarkan.”

Jika teman-teman pendidik mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan di kelas, tentu kita dapat meyakinkan siswa dengan wibawa, sehingga siswa percaya apa yang dikatakan oleh teman-teman pendidik, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran yang kita bawakan.

2. Utamakan Susunan yang Sistematis

Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semerawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat oleh siswa kita. Oleh sebab itu, inti pengajaran yang akan disampaikan oleh teman-teman pendidik harus disusun dengan teratur dan sistematis.

3. Banyak Menggunakan Contoh Kehidupan

Pada saat mengajar, teman-teman pendidik sebaiknya menggunakan contoh atau perumpamaan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah jembatan antara kebenaran ilmu dan dunia nyata. Selain itu, ajak siswa untuk selalu memikirkan solusi dari masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mampu Menggunakan Bentuk Cerita

Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakan-gerakan, yang mampu memperdalam kesan pada siswa kita.

5. Melibatkan Panca Indra Peserta Didik

Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera siswa.

Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian.

Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh siswa. Bagi siswa yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi siswa yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

6. Melibatkan Siswa Dalam Pembelajaran

Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran dapat menambah ingatan, motivasi, dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara teman-teman pendidik dengan siswa, selain mengurangi tingkah laku yang mengacaukan suasana kelas.

Misalnya, biarkan siswa menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya, biarlah siswa menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah siswa bergerak sebentar di dalam kelas. Jika siswa sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacaukan atau membuat ulah di dalam kelas ketika proses pembelajaran berlangsung.

7. Menguasai Psikologis Siswa

Teman-teman pendidik yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, tentu harus memahami perkembangan jiwa siswa kita pada setiap usia. Teman-teman pendidik juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Syarat utama untuk komunikasi timbal balik antara guru dengan siswa adalah adanya pengertian diantara kedua belah pihak. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.

8. Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup, Menarik, dan Bervariasi

Sekalipun memiliki cara mengajar yang baik, namun cara mengajar tersebut tidak pernah diubah, maka hal tersebut akan membuat siswa merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel untuk menambah kesegaran siswa di dalam kelas.

9. Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan

“Mari guru berhenti memberi contoh, tapi menjadi contoh.” –Prof. Arief Rachman.

Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Cara mengajar yang efektif adalah teman-teman pendidik sendiri sebaiknya mampu menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh untuk siswa-siswa kita di kelas. Karena kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktik. Oleh karena itu, teman-teman pendidik dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadi, maka kita pun memiliki wibawa untuk mengajar di kelas.

10. Mengenal dengan Jelas Sasaran Dalam Pembelajaran

Pengajaran yang jelas sasarannya membuat siswa melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran:
  1. Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas.
  2. Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep siswa.
  3. Sasaran harus meliputi hasil belajar.
  4. Hasil sasaran yang dapat dicapai.
Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda, seperti pengetahuan, pengertian, sikap, dan keterampilan.

Itulah 10 prinsip dasar dalam mengajar yang perlu teman-teman pendidik ketahui. Yang perlu diingat, guru bisa mencetak orang-orang hebat, maka gurulah yang hebat.


Sumber: Materi 10 Prinsip Dasar Mengajar pernah disampaikan oleh Mr. Rizal Ali, pakar pendidikan dari Singapore saat Pembinaan Guru terhadap penulis.


Liburan di Jogja, Yuk!

Aku jatuh cinta banget sama Jogja. Kota yang memiliki julukan sebagai Kota Pelajar ini, juga bisa menjadi salah satu alternatif liburan kamu lho!

Baca juga: Nuclear Youth Summit 2013

Suasana kota Jojga tuh sejuk banget, asri, dan terkenal akan kearifan lokalnya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi kota ini. Jika kamu ingin lebih lama menikmati suasana kota Jogja, kamu dapat mencari penginapan yang banyak tersebar di kota ini.

Nah, harga penginapan atau hotel yang berada di Jogja relatif cukup murah, kamu dapat mengeceknya langsung di website Traveloka. Salah satu penginapan dengan harga yang cukup murah adalah Ameera Boutique Hotel, yang bisa kamu temukan di Jalan Dagen nomor 13-15. Hotel ini temasuk dalam kategori hotel bintang 2, meskipun hotel ini nampak sederhana dan bergaya tradisional Jawa namun hotel ini terbilang cukup nyaman.



Ameera Boutique Hotel memiliki beberapa tipe kamar yang bisa kamu pilih sesuai dengan kebutuhan, seperti Backpacker room, Standard room (Sido Asih), Superior room (Sido Mukti), Deluxe room (Sido Mulyo), dan Family room (Sido Luhur). Masing-masing kamar di hotel ini pada umumnya memiliki fasilitas berupa Wifi, AC, TV kabel, sarapan tradisional, dan lain-lain.

Backpacker Room

Sido Asih 

Sido Luhur

Selama menginap di Ameera Boutique Hotel, kamu dapat mengunjungi beberapa tempat di Jogja yang tidak jauh dari lokasi hotel, seperti Jalan Malioboro, Pasar Bringharjo, dan Museum Benteng Vredeburg. 

Apa saja ya kira-kira yang bisa kamu nikmati di Kota Jogja? 

Yuk, simak ulasan berikut ini:

Jalan Malioboro

Jalan ini berada tepat di depan lokasi jalan Ameera Boutiq Hotel, sehingga untuk menuju Jalan Malioboro, kamu hanya membutukhan waktu beberapa menit saja dari hotel. Jalan Malioboro merupakan nama jalan yang paling terkenal se-Jogjakarta, bahkan se-Indonesia. Sepanjang Jalan Malioboro kamu dapat menemukan banyak toko yang menjual suvenir khas Jogja seperti, blangkon, kerajinan tangan, kaos, sandal, batik, hingga bakpia pathok.


Bukan hanya untuk urusan suvenir, untuk urusan kuliner pun banyak kamu temukan disini. Sederet angkringan siap menyajikan makanan bagi siapa saja yang ingin mencicipinya. Jika disini jangan lupa untuk mencoba makanan khas Jogja, yaitu gudeg. Meskipun makan di angkirngan ini terkesan sederhana, namun kenikmatannya pasti akan sulit untuk kamu lupakan deh!

Jika kamu lelah mengelilingi Jalan Malioboro ini dengan berjalan kaki, maka kamu bisa menggunakan becak ataupun delman. Selama menelusuri Jalan Malioboro, kamu akan menemukan kawasan yang disebut Titik Nol Jogja. Biasanya di kawasan ini terdapat banyak atraksi hiburan yang bisa kamu saksikan.

Pasar Beringharjo

Pasar Beringhharjo merupakan pasar tertua yang ada di Jogja. Pasar ini sudah berdiri sejak tahun1758. Jika berkunjung kemari kamu akan menemukan banyak sekali batik, karena pasar ini memiliki koleksi batik yang sangat lengkap. Kamu dapat menemukan dari mulai kain batik, hingga yang sudah menjadi pakaian.

Aku sih banyak beli daster disini. Harganya murah bangeeeeet lho! Dan kualitasnya juga bagus. Yuk kalau ke Pasar Beringharjo, jangan lupa borong dasternya.




Selain batik, terdapat pula jenis pakaian lainnya seperti katun hingga sutera, dari mulai harga yang paling murah sampai yang paling mahal. Bukan hanya pakaian, disini pun kamu dapat menemukan jajanan-jajanan pasar yang dapat memanjakan lidah. Pusat penjualan jamu dan rempah-rempah pun akan kamu temukan disini. Wah, sangat lengkap ya!

Bagi kamu yang menyukai barang antik atau barang bekas berkualitas, kamu pun dapat memburunya di pasar ini. Bagaimana, sangat menyenangkan ya berbelanja di Pasar Beringharjo?

Museum Benteng Vredeburg

Jika ingin berwisata sejarah, Museum Benteng Vredeburg merupakan salah satu yang terdekat dari Ameera Boutique Hotel. Jaraknya hanya sekitar 700 meter saja dari hotel lho! Museum ini dibangun pada tahun 1765 oleh Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Kemudian pada tahun1992 benteng ini resmi dijadikan museum.



Sumber: vredeburg.id


Benteng ini dibangun dengan dalih agar pihak Belanda bisa menjaga keamanan keraton, meskipun pada kenyataannya gedung ini hanya dibuat untuk memudahkan Belanda mengontrol perkembangan yang terjadi di keraton. Hal-hal yang dapat dinikmati di benteng ini, yaitu merasakan seuasana pada zaman dahulu, dan melihat beberapa koleksi diorama, dari masa penjajahan hingga orde baru.

Museum ini buka pada hari Selasa – Jumat pada jam 08.00 – 16.00 WIB. Masuk museum ini pun sangat murah, yaitu hanya Rp2.000,00 untuk dewasa dan Rp1.000,00  untuk anak-anak. Wah, sangat murah yah? Ayo, habiskan liburan kamu di Jogja dan nikmati suasananya.

Happy holiday, guys!


Apersepsi: Kunci Agar Kelas Semakin Diminati Part II


Hi, teman-teman pendidik di seluruh Indonesia! Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagai tulisan serial pendidikan yang InsyaAllah akan terbit setiap hari Sabtu. Semoga bermanfaat!

Salam Inspirasi Pendidikan!


Minggu lalu, kita sudah sama-sama belajar tentang apa itu apersepsi dan filosofi mendasar dari Teori Apersepsi. Pada tulisan part II kali ini, kita akan sama-sama belajar tentang tahapan-tahapan apersepsi. Ingat, strategi sebagus apapun yang sudah kita rancang untuk proses pembelajaran di kelas, tidak akan berhasil sama sekali, jika teman-teman pendidik tidak memberikan apersepsi di awal pembelajaran. Betapa pentingnya adanya seni apersepsi sebagai sesuatu hal yang wajib diberikan kepada siswa-siswi kita.

Mengondisikan Siswa Masuk ke Alpha Zone

Willian James, seorang psikolog, pernah membahas dalam tulisannya, bahwa apersepsi sebagai ide terpenting dalam psikologi pendidikan. Lebih lanjut lagi, Willian James juga memaparkan tentang apersepsi, yaitu “the act of taking a thing into the mind”, atau bahasa yang paling mudah dipahami atas pengertian itu adalah pengondisian. Pengondisian yang dimaksud adalah mengondisikan otak siswa-siswi ke dalam kondisi alfa, yaitu sebuah kondisi yang tepat untuk belajar.

Ada empat macam gelombang otak manusia. Teman-teman pendidik harus memahami benar tentang hal ini. Yang pertama adalah gelombang delta (0,5 – 3,5 Hz), yaitu kondisi seseorang yang tidur tanpa mimpi. Tentu, tidak akan mungkin jika teman-teman pendidik memberikan materi kepada siswa yang sedang nyaman tidur di kelas.

Kedua, adalah gelombang teta (3,5 – 7 Hz), yaitu kondisi tidur dan bermimpi. Jadi, kalau teman-teman pendidik sedang mengajar, belum tentu siswa-siswi juga sedang belajar atau menyimak materi yang kita berikan. Terkadang, siswa-siswi sedang masuk dalam kondisi teta, yaitu melamun, mengantuk, dan akhirnya tertidur di balik buku catatannya.

Ketiga, adalah gelombang alfa (7 – 13 Hz), yaitu kondisi relaks tapi waspada. Kondisi alfa adalah kondisi yang tepat untuk belajar. Keempat, adalah gelombang beta (13 – 25 Hz). Di kelas, kondisi beta ditandai oleh para siswa yang asyik mengobrol, tidak memberikan perhatian kepada guru, siswa yang sedang berkelahi, menunjukkan mimik sedang marah, dan sebagainya. Jika dalam kelas teman-teman pendidik kondisinya seperti ini, sebaik apapun kita mengajar, otomatis semuanya tak akan berhasil.

Tugas kita sebagai pendidik wajib mengembalikan siswa-siswi kita ke kondisi alfa. Karena sebagus apapun strategi yang kita rencanakan, percayalah siswa-siswi kita tidak akan siap menerima materi yang kita berikan, jika mereka masih berada dalam kondisi teta atau bahkan delta. Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Ada beberapa stimulus khusus yang dapat digunakan oleh teman-teman pendidik sebagai senjata untuk mengembalikan siswa-siswi ke kondisi alfa mereka. Stimulus khusus pada awal pembelajaran bertujuan untuk meraih perhatian dari para siswa. Stimulus khusus yang dapat diberikan, diantaranya fun story, music, ice breaking, dan brain gym. Stimulus-stimulus khusus tersebut dapat teman-teman pendidik temukan di internet, atau berdasarkan pengalaman pribadi. Ingat, stimulus khusus ini tidak usah berhubungan dengan materi yang akan diberikan.

Apabila teman-teman pendidik sudah melihat keceriaan siswa, senyumnya, bahkan tertawanya, berarti teman-teman telah berhasil mengondisikan siswa-siswi masuk ke dalam alpha zone mereka.

Warmer, Jangan Sampai Membuat Siswa Merasa Tertekan


Setelah teman-teman pendidik berhasil membawa kondisi siswa ke alpha zone mereka, maka tugas kita selanjutnya adalah wajib adanya tahap warmer. Tahap warmer ini bisa dilakukan oleh teman-teman pendidik pada pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya. Warmer adalah aktivitas pengulangan materi yang telah diajarkan oleh teman-teman pendidik pada pertemuan sebelumnya.

“Minggu lalu, kita sudah belajar tentang Gaya Berat. Sekarang Ibu ingin bertanya, apa perbedaan berat dan massa? Silakan, Ulfa yang menjawab!”

Pernahkan diantara teman-teman pendidik yang melakukan tahap warmer dengan memberikan pertanyaan, lalu menyebut salah satu nama siswa? Maka, siswa yang telah disebut namanya wajib menjawab pertanyaan tentang materi sebelumnya. Mungkin, jika teman-teman pendidik flash back, bagaimana perasaan siswa-siswi yang mendapatkan kewajiban menjawab pertanyaan tersebut? Syukur, bisa menjawab dengan benar. Jika menjawab dengan salah, bagaimana perasaannya?

Pada tahap warmer ini, teman-teman pendidik dapat merancangnya menjadi lebih menyenangkan. Ya, memang sedikit membutuhkan kreativitas atau mungkin modal dalam pembuatannya. Yaitu, dengan cara membuat games pertanyaan atau memberikan lembar penilaian diri. Bentuknya bisa macam-macam, seperti pertanyaan berantai, mencocokkan pertanyaan dan jawaban, dan sebagainya.

Salah satu games pertanyaan yang pernah saya terapkan adalah games “Bola Anti Gravitasi.” Saya hanya perlu menyiapkan sebuah bola plastik dan musik instrumental. Ketika games dimulai, musik dinyalakan, agar suasana kelas menyenangkan. Siswa-siswi berbaur di dalam kelas. Lemparan boa pertama, guru memberikan pertanyaan tentang materi sebelumnya ke salah satu siswa. Lalu, siswa itu menjawab. Selanjutnya siswa tersebut melempar bola ke siswa lain, setelah bola dilempar, siswa tersebut harus memberikan sebuah pertanyaan ke siswa yang berhasil menangkap bola. Kalau bolanya jatuh, pelempar bola akan mendapatkan hukuman. Hukumannya adalah diberikan pertanyaan dari guru. Games ini saya batasi selama 7 menit saja, jangan sampai terlalu lama, karena saya harus segera masuk ke materi inti.

Games “Bola Anti Gravitasi” adalah salah satu games tahap warmer yang cukup ampuh membuat siswa-siswi tidak merasa tegang. Bagaimana caranya, teman-teman pendidik harus membuat suasana yang menyenangkan ketika aktivitas pengulangan materi. Ingat, jangan sampai membuat mereka merasa tegang. Selamat berkreativitas!

Pre-Teach

Aktivitas yang harus dilakukan sebelum aktivitas inti pembelajaran disebut Pre-Teach. Contohnya adalah memberikan penjelasan awal tentang cara menggunakan peralatan di laboratorium dan penjelasan awal tentang alur diskusi. Biasanya, jika tidak dilakukan pre-teach, proses belajar akan menjadi terganggu. Namun, pre-teach tidak harus selalu ada dalam setiap kali pertemuan karena sangat bergantung pada kebutuhan yang berkaitan dengan materi dan strategi pembelajaran yang akan diberikan.

Scene Setting, Membutuhkan Kreativitas Tinggi dari Pendidik

Teman-teman pendidik, berusahalah sekuat tenaga untuk menggunakan scene setting pada saat pemberian awal materi. Ketika mengajar, jangan sekali-kali langsung masuk ke materi, tanpa adanya tahap ini.

Scene Setting adalah aktivitas yang dilakukan oleh teman-teman pendidik atau siswa untuk membangun konsep awal pembelajaran. Ada beberapa fungsi dari scene setting, diantaranya membangun konsep pembelajaran yang akan diberikan, sebagai pemberian pengalaman belajar sebelum masuk ke materi inti, sebagai pereduksi instruksi, dan sebagai pembangkit minat siswa dan rasa penasarannya.

Pola scene setting yang biasanya digunakan diantaranya, bercerita, visualisasi, simulasi, ataupun pantomim. Dan pola ini, tidak hanya dapat dilakukan oleh teman-teman pendidik saja, tapi bisa juga melibatkan siswa. Tentu, masih banyak lagi pola-pola scene setting yang dapat teman-teman pendidik rancang sesuai kreativitas yang dimiliki.

Teman-teman pendidik sebelum melakukan tahap scene setting terlebih dahulu harus mengetahui beberapa ketentuan. Pertama, teman-teman pendidik harus sudah merancang startegi pembelajaran terlebih dahulu. Kedua, tidak boleh mengahabiskan banyak waktu. Ketiga, tahap ini harus berhubungan dengan strategi pembelajaran inti yang akan dilakukan. Dan yang terpenting adalah tahap ini sangat membutuhkan kreativitas yang tinggi.
“Hak mengajar itu ada di tangan siswa, bukan di tangan guru. Apabila, siswa rela memberikan hak mengajar tersebut kepada seorang guru, guru tersebut pasti akan diterima oleh siswanya ketika proses belajar berlangsung. Hak mengajar harus direbut oleh guru. Guru harus pro-aktif untuk memperoleh hak tersebut. Caranya adalah dengan menggunakan apersepsi.” –Munif Chatib.

Sumber:

Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia. Kaifa: Bandung

Apersepsi: Kunci Agar Kelas Semakin Diminati Part I


Hi, teman-teman pendidik di seluruh Indonesia! Pada kesempatan kali ini, saya ingin berbagai tulisan serial pendidikan yang InsyaAllah akan terbit setiap hari Sabtu. Semoga bermanfaat!

Pendidik itu ibarat sebuah teko. Jika ia tak berisi, maka bagaimana mungkin ia bisa mengisi?

Salam Inspirasi Pendidikan!
Apersepsi adalah sesuatu hal yang sudah tidak asing lagi di telinga teman-teman pendidik ataupun mahasiswa pendidikan alias para calon pendidik masa depan. Apersepsi, mungkin saja juga sudah dipraktikkan di dalam kelas masing-masing. Tapi, sudah tahukah konsep secara utuh tentang apersepsi?

Berdasarkan survei International PISA (The Programme International for Student Assesment) tahun 2012, Indonesia berada di peringkat kedua terbawah. Ya, peringkat ke 64 dari 65 negara atas hasil survei kemampuan akademik siswa-siswi Indonesia pada bidang Matematika, Membaca, dan Sains.

Lalu, sebenarnya siapakah yang salah? Siswa-siswi kita atau para pendidiknya?

Baiklah, jangan saling menyalahkan untuk kasus ini. Sebaiknya, kita sebagai pendidik ataupun calon pendidik harus selalu instropeksi diri, sebenarnya apa yang terjadi di dalam kelas kita selama proses pembelajaran berlangsung? Sudahkah, teman-teman pendidik membuat kondisi kelas yang nyaman ketika proses pembelajaran berlangsung? Adakah siswa-siswi dari teman-teman pendidik yang merasa tertekan ketika sedang belajar di dalam kelas? Atau pernahkah, teman-teman pendidik tidak mendapatkan perhatian sama sekali dari kebanyakan siswa ketika sedang mengajar? Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, kita akan sama-sama belajar bagaimana caranya merancang apersepsi sebagai kunci agar kelas semakin diminati oleh siswa.

Ada dua kisah tentang cara mengajar dua guru fisika di kelas VIII SMP. Kisah yang pertama, guru tersebut masuk kelas, memberi salam, mengecek kebersihan kelas, dan mengecek daftar hadir siswanya. Lalu, kemudian guru tersebut memberikan instruksi, “Ayo, anak-anak silakan buka bukunya halaman 34. Hari ini, kita mau belajar tentang Gaya Gesek Udara. Tapi, kalian cobain dulu mengerjakan soal nomor 5 dan 6 ya! Yang bisa menjawab, langsung aja maju dan tulis jawabannya di papan tulis!”

Bisakah teman-teman pendidik bayangkan, bagaimana reaksi atau respon dari siswa-siswi yang sedang belajar fisika tersebut? Biasanya guru seperti ini tidak disukai dan tidak diminati oleh para siswa.

Kisah yang kedua, seorang guru fisika masuk kelas, memberi salam, mengecek kebersihan kelas, dan mengecek daftar hadir siswanya. Lalu, guru tersebut berusaha untuk menarik perhatian semua siswanya, dengan memberikan instruksi, “Anak-anak di tangan kanan ibu sudah ada buku yang sangat tebal. Di tangan kiri ibu, ada selembar kertas. Ibu akan jatuhkan secara bersamaan pada ketinggian yang sama. Hayo, menurutmu, mana ya yang paling cepat sampai ke bawah?”

Pada kisah yang kedua, guru fisika tersebut berusaha merebut perhatian siswa terlebih dahulu dengan cara membawa teaching aids. Lalu, guru tersebut memancing rasa penasaran semua siswa-siswanya tentang materi gaya gesek udara. Guru tersebut bertanya, mengapa buku yang duluan jatuh, apa penyebabnya, dan lain-lain. Semua siswa asyik belajar bersama dengan guru fisika tersebut, karena guru tersebut berhasil mendapatkan perhatian dan berhasil memacing rasa penasaran siswa-siswanya. Unsur rasa penasaran ini baik sekali untuk memulai pembelajaran.

Guru mana yang dapat diterima oleh siswa? Tentu, jawabannya adalah guru yang kedua. Apa bedanya dengan guru yang pertama? Jawabannya adalah guru yang kedua menggunakan apersepsi untuk siswanya, sedangkan guru yang pertama sama sekali tidak menggunakan apersepsi di awal pembelajaran.

Jadi, apersepsi ternyata berpengaruh sangat besar dalam proses belajar mengajar. Apersepsi sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran dan juga kemampuan pedagogik seorang pendidik.
Kesan Pertama Sangat Penting Sekali
“Menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu yang terpenting untu satu jam pembelajaran selanjutnya.” –Munif Chatib

Jika teman-teman pendidik mampu menghadirkan nuansa yang penuh kenyamanan saat memulai pembelajaran di kelas, maka sudah bisa dipastikan menit-menit berikutnya akan menjadi milik teman-teman pendidik semua.

Kesan pertama dalam istilah pedagogik disebut apersepsi. Apersepsi adalah momentum penting yang sangat berharga di awal pembelajaran berlangsung. Inilah tugas terberat teman-teman pendidik, karena kita harus mempersiapkan dengan sebaik-baiknya.

Perlu teman-teman pendidik ketahui, apersepsi tidak sebatas mengecek kehadiran siswa, lalu memberikan tugas saja. Tapi, lebih dari itu! Apersepsi merupakan sebuah seni menarik perhatian siswa-siswi di awal proses pembelajaran, agar siswa-siswi merasa tertarik, antusias, dan terpacu semangatnya untuk mengikuti proses pembelajaran sampai akhir.

Teori Apersepsi dan Filosofi Mendasarnya

Teori Apersepsi pertama kali dikenalkan oleh Johan Freidrich Herbart (1776-1841). Herbart berasal dari Jerman. Ia adalah seorang psikolog, filsuf, dan juga seorang pakar pendidikan. Hasil pemikirannya yang ia kembangkan dari masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan, dikenal dengan nama Teori Apersepsi atau Teori Herbatisme.

Filosofi mendasar pandangan Herbart tentang Teori Apersepsi mengatakan bahwa manusia adalah mahluk pembelajar. Sifat dasar manusia adalah memerintah dirinya sendiri, lalu melakukan reaksi atau berekasi terhadap instruksi yang berasal dari lingkungannya, jika dia dibekali oleh dorongan atau rangsangan (stimulus khusus).

Sejatinya, manusia adalah mahluk pembelajar. Saya pernah menemukan seorang anak berumur 10 tahun yang selalu mengintip dari balik jendela kelas. Setelah saya terlusuri, ternyata anak tersebut tidak bersekolah karena harus membantu kedua orang tuanya bekerja. Di hari-hari selanjutnya, untuk kesekian kalinya saya menemukan anak tersebut yang sedang mengintip dari balik jendela kelas. Setelah saya tanya kepada anak itu, saya mendapatkan jawaban yang begitu menggetarkan hati. “Ibu, sebenarnya saya ingin sekali bisa bersekolah seperti teman-teman yang lain.” Dari pengalaman ini membuktikan kepada saya bahwa anak tersebut adalah individu yang sesungguhnya mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar.

Di lain kisah, saya pernah mendapatkan keluhan seorang guru tentang kesulitannya mengatur siswa-siswinya ketika proses pembelajaran di kelas. Ketika guru tersebut memberikan instruksi, tapi siswa-siswinya tidak mengerjakan instruksi itu. Apa yang terjadi? Mengapa instruksi seorang guru tidak dikerjakan oleh siswanya?

Secara alamiah, manusia punya kemampuan memerintahkan kepada dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. Dan keputusan itu semua, berasal dari rangsangan dan kualitas informasi yang masuk ke dalam otaknya. Lalu, otaknya memproses dan memberikan reaksi. Dari reaksi tersebut, perintanya ada dua, yaitu melakukan atau tidak melakukan. Jadi, teman-teman pendidik jangan langsung mengecap bahwa siswa yang tidak mau mengerjakan instruksi guru berarti dianggap nakal atau punya hambatan belajar. Padahal, kualitas informasi yang kita berikan itulah yang menjadikan siswa mau atau tidak mau melakukan instruksi sebagai reaksinya.

Instruksi yang teman-teman pendidik berikan, juga tidak boleh sembarang. Ada seninya juga. Instruksi yang dibekali dengan dorongan (stimulus) khusus akan jauh lebih berdampak besar dibandingkan sekadar instruksi. Semoga dengan bagusnya kualitas informasi dan instruksi yang dibekali dengan dorongan (stimulus) khusus yang teman-teman pendidik berikan kepada siswa-siswi dapat membangkitkan rasa ingin tahu yang ada dalam dirinya sendiri.

Dalam proses pembelajaran, ada dua tahap besar, yaitu apersepsi dan strategi. Pada proses apersepsi ada beberapa tahap, diantaranya Alpha Zone, Warmer, Pre-teach, Scene Setting. Tahap-tahap ini akan saya kupas tuntas di tulisan selanjutnya. Nantikan ya!

Sumber:

Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia. Kaifa: Bandung

Apa yang Dilakukan Anak-anak Buruh Migran di Serawak Malaysia saat HUT RI?

Pikiran saya menyisir jauh memutar roda waktu satu tahun yang lalu, tapat di hari ini. Di tanah damai penuh keceriaan gelak tawa anak-anak buruh migran berdarah asli Indonesia yang ikut menyemarakkan ulang tahun negaranya. Pohon-pohon kelapa sawit pun turut merasakan kekhidmatan itu.

“Hari merdeka, nusa dan bangsa. Hari lahirnya bangsa Indonesia. Merdeka!” nyanyi mereka dengan sorak sorai saat menuju ke sekolah sambil membawa bendera merah putih kebanggaannya.

Baca juga: HUT RI Bersama Anak-anak Buruh Migran

Pagi itu, saya dan beberapa relawan pengajar sudah bersiap dengan pakaian batik terbaik kami khusus untuk digunakan saat Upacara RI bersama buruh migran Indonesia dan anak-anaknya. Pagi itu cukup cerah dengan senyum antusias seluruh warga Galasah. Mulai dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang sibuk menunggu kesiapan acara sakral itu sampai anak-anak yang cukup sulit sekali diatur untuk berbaris yang rapi.

Tempatnya memang bukan di lapangan terbuka nan luas. Tempatnya hanya di sebuah ruangan persegi yang biasa digunakan anak-anak untuk menimba ilmu. Ya, kami upacara di dalam ruang kelas. Beruntung, saya berada di dalamnya bersama anak-anak. Sedangkan, bapak-bapak dan ibu-ibu warga Galasah antusias berebutan mengintip dari balik jendela untuk menyaksikan anak-anaknya melakukan upacara RI 70. Sungguh, saat itu terbayar sudah peluh kami melatih anak-anak sebagai petugas upacara dan melatih menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia.

Satu hari sebelumnya, kami disibukkan dengan menghias ruang kelas. Tentu warna merah putihlah kebanggan kami. Ruang kelas pun disulap dengan sangat meriah. Meja dan kursi digeser ke pojok kelas, agar ada ruang yang cukup untuk anak-anak dari TK sampai Kelas 6 SD berbaris di dalamnya.

17 Agustus pun tiba. Khairil, kelas 4 SD, yang memimpin kami semua untuk melaksanakan upacara RI 70 nan khidmat pada pagi itu. Benar-benar kenikmatan yang sungguh luar biasa bagi saya saat semua orang bernyanyi “Indonesia Raya”. Hal itu semakin membuat saya semakin jatuh cinta dengan Indonesia.

Anak-anak buruh migran memang tidak terlalu mengenal Indonesianya, ya kerena mereka lahir dan tumbuh di negeri jiran, Serawak. Mereka hanya sebatas lancar menyanyikan lagu Indonesia Raya, cukup tahu beberapa lagu kebangsaan seperti lagu “Hari Merdeka (17 Agustus)”, dan mengetahui bentuk negara Indonesia dari Peta yang dipajang di dinding kelas. Tapi percayalah, di dada mereka ada rasa cinta dan keingintahuan yang sangat besar terhadap Indonesianya.

“Cikgu, mengapa lambang Indonesia Burung Garuda?”

“Cikgu, seberapa tinggi monas itu?”

“Siapa presiden kita yang sekarang, Cikgu?”

“Bagaimana bentuk uang Rupiah? Aku ingin memilikinya, Cikgu!”



Masihkah kamu kurang bersyukur bisa merasakan kenikmatan upacara di lapangan nan luas tanpa harus bersempit-sempitan melakukan upacara di ruang kelas? Masikah kamu tidak merasakan kekhidmatan menyanyikan lagu Indonesia Raya? Apakah air matamu berlinang saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan olehmu dan orang-orang sekelilingmu?

Mari bersykur atas semua karunia kemerdekaan ini, wahai kawanku!

Air mata saya dan air mata orang-orang di sekeliling saya tidak terbendung. Hati ini bergetar hebat. Mereka sungguh terlarut dengan kenikmatan menyanyikan lagu Indonesia Raya seraya memberi hormat kepada bendera merah putih di depan kami. Ah, tak usah bertanya bagaimana caranya bendera bisa kami kibarkan di dalam ruang kelas. 

“Di sanalah aku berdiri jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, bangsa dan tanah airku. Marilah kita berseru Indonesia bersatu.” Nyanyian dengan nada sesenggukan oleh peserta upacara RI 70. Seraya dengan lantunannya, banyak buruh migran Indonesia yang merasa rindu untuk tinggal kembali di kampung halaman mereka masing-masing.

Seandainya waktu bisa diputar kembali, hari ini saya ingin sekali merasakan kenikmatan upacara di sana, bersama adik-adik saya. Karena telah membuat perasaan ini membuncah betapa bersyukurnya saya bisa memaknai dengan hati yang bergetar saat upacara HUT RI berlangsung.


Keesokan harinya, anak-anak buruh migran kami beri kesempatan untuk merayakan tradisi yang biasa dilakukan di Indonesia. Yaitu, lomba 17 Agustusan. Mulai dari berlari ambil bendera sampai balap karung. Ah, yang penting semua bersuka cita atas perayaan ulang tahun Indonesianya. Dan tak hanya bersuka cita, mereka pun turut mendoakan Indonesia agar menjadi lebih baik lagi, walau menginjak tanahnya saja belum pernah. Semangat kemerdekaan itu masih ada!

Terima kasih untuk kesempatan berharganya! Kesempatan untuk bisa menyaksikan langsung betapa tulusnya hatimu kepada Indonesia. Kembalilah, dan tumbuh bersama Indonesia, ya Nak!